-->
Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu
Showing posts with label Inventor. Show all posts
Showing posts with label Inventor. Show all posts

Monday, November 26, 2012

Penemu Mesin Pelumas

ELIJAH MCCOY (1843-1929)
Sejarah teknologi sebagian besar ditulis oleh orang kulit putih dan sebagian besar juga tidak menghargai kontribusi dari para wanita dan penemu berkulit hitam. Sebagian besar dari mereka dilupakan atau pekerjaan mereka diklaim oleh orang lain sebagai hasil temuannya. Elijah McCoy adalah salah satu dari sedikit orang yang menerima pengakuan penuh pada 1872 untuk prestasi yang diraihnya.

Lahir sebagai anak dari seorang budak yang kabur dari Kentucky, Elijah McCoy (1843-1929) dibesarkan di Kanada. Dia adalah seorang anak dengan rasa ingin tahu yang besar dan ahli dalam memperbaiki barang-barang, sehingga orangtuanya mengirim McCoy untuk belajar teknik di Skotiandia. Ketika dia kembali, kenyataan bahwa dia adalah seorang berkulit hitam menghentikan dirinya mencari pekerjaan sebagai seorang insinyur. Akhirnya, dia bekerja sebagai penambang batu bara dan yang bertugas meminyaki lokomotif.

Paten mesin pelumas Elijah McCoy.
 (Gambar dari: http://inventors.about.com/)
Mesin pelumas otomatis buatan McCoy berbentuk seperti cangkir berisi minyak dilengkapi katup yang dikendalikan oleh uap. Semakin keras mesin bekerja, semakin meningkat tekanan uap dan semakin cepat minyak mengalir. McCoy mendesain mesin pelumas baru pada 1882, sepuluh tahun setelah hak paten pertamanya dibuat.

Mesin tenaga uap harus diberi pelumas secara rutin untuk membuat mereka tetap berjalan mulus. Berjam-jam McCoy menghabiskan waktu menyemprotkan minyak, kemudian dia membayangkan dirinya dapat membuat sendiri minyak tersebut. Dia mengumpulkan cukup uang untuk membangun ruang kerja dan bekerja keras selama dua tahun untuk memecahkan masalah tersebut. Pada 1872, dia telah menemukan mesin pelumas otomatis dan melindungi penemuan tersebut dengan hak paten. Insinyur lain dengan segera menyadari keuntungan dari alat baru yang'ditemukan oleh McCoy, lalu menerapkan pada lokomotif mereka. Ketika mesin pelumas tiruan yang rendah mutunya menjadi suatu masalah, para pembeli bertanya, "Apakah ini McCoy yang 'asli'?" dan nama penemu ini menjadi kata ganti dari kualitas.

Ketika di Amerika lintasan rel kereta api begitu menjamur, saat itu McCoy masih bekerja sebagai ahli mesin dan penemu paruh waktu. Saat lintasan rel telah menghubungkan pantai Pasifik dan Atlantik atau tiga tahun sebelum hak paten pertamanya. Saat itu pelumasan mesin adalah sebuah masalah besar, dimana mesin terkadang terlampau panas dan kekurangan minyak sehingga harus berhenti sebentar untuk didinginkan.*** [EDI WARSIDI | PIKIRAN RAKYAT 08112012]
Note: This blog can be accessed via your smart phone.Enhanced by Zemanta

Friday, November 2, 2012

Penemu Dinamit Yang Melankolis

ALFRED BERNHARD NOBEL (1833-1896)
Alfred Bernhard Nobel dilahirkan di Stockholm tanggal 21 Oktober 1833 dari pasangan Immanuel Nobel dan Andriette Ahlsell. Sang ayah adalah seorang insinyur dan pebisnis dalam bidang konstruksi yang juga suka melakukan eksperimen, terutama dalam hal penghancuran bangunan dari batu yang sangat berkaitan dengan profesinya. Kelak, jalur bisnis inilah yang mendorong Alfred Nobel menemukan dinamit sebagai bahan peledak.

Keluarga Nobel menetap di Saint Petersburg dan menginvestasikan kekayaannya pada pendidikan anak-anaknya. Alfred dan semua saudaranya tidak menjalani pendidikan formal di sekolah. Mereka menjalani pendidikan privat di dalam rumah di bawah didikan guru-guru yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Hasil didikan semacam itu sangat tampak dalam diri Alfred. Di bawah bimbingan gurunya yang berkebangsaan Swedia, Lars Santesson, dia akhirnya memiliki minat yang sangat mendalam dalam bidang sastra dan filsafat. Ivan Peterov mengajari anak-anak Immanuel Nobel matematika, fisika, dan kimia. Semua anak Immanuel fasih berbahasa Swedia, Rusia, Perancis, Inggris, dan Jerman. Alfred sendiri menguasai bahasa tersebut pada usianya yang ke-17.

Alfred Nobel muda sangat tertarik akan sastra, fisika, dan kimia. Dia juga tergolong pribadi yang melankolis karena sangat suka membuat puisi. Sepeninggalnya, dia tercatat memiliki perpustakaan pribadi yang terdiri atas 1,500 buku mulai dari bidang sains, filsafat, hingga teologi dan sejarah. Karya-karya Lord Byron, sastrawan dari Inggris, sangatlah dia gemari.

Alfred mulai melanglang buana tahun 1850 hingga 1852. Negara pertama yang dikunjunginya adalah Amerika Serikat. Di sana dia mempelajari teknologi-teknologi terbaru. Pendidikannya pun berlanjut di Paris, Perancis. Profesor TJ Pelouze menerimanya untuk bekerja di laboratorium pribadi miliknya atas rekomendasi yang diberikan oleh Profesor Zinin, mantan guru kimianya. Zinin sendiri adalah murid Pelouze. Pelouze adalah profesor di College de France dan teman dekat Berzelius, ahli kimia berkebangsaan Swedia.

Apa yang terjadi di Paris ternyata berbuntut panjang pada bisnis Alfred Nobel nantinya. Kota itu pula yang membuat Alfred berkenalan dengan ahli kimia muda murid Pelouze yang berasal dari Italia, Ascanio Sobrero. Sobrero tiga tahun sebelumnya, pada 1847, menemukan bahan kimia cair yang dinamakan dengan pyroglicerine (kini dinamakan dengan nitrogliserin). Ia menjelaskan pada Alfred, bahan ini memiliki daya ledak yang tinggi, tetapi dia tidak mengetahui bagaimana cara mengendalikan ledakan yang dihasilkan.

Dia akhirnya mengetahui, nitrogliserin haruslah dapat diserap oleh material yang berpori sehingga memiliki bentuk yang sifatnya portabel, dapat dibawa ke mana saja dan aman.
Dari nitroglycerin Alfred Nobel menciptakan dinamit. (Gambar dari: NewStop24)
Saat menetap di Jerman, dia akhirnya menemukan materi tersebut. Materi ini dikenal dengan nama kieselguhr yang merupakan pasir pengabsorb berbahan dasar silica yang berasal dari cangkang ganggang diatomae. Kieselguhr membuat nitrogliserin memiliki bentuk karena mampu mengabsorb bahan kimia cair tersebut. Dengan demikian, campuran ini dapat dengan mudah diletakkan di sasaran peledakan dan dibawa ke mana saja tanpa khawatir akan terjadinya ledakan. Dari sinilah dinamit berasal. Dinamit sendiri berasal dari kata Yunani dynamis yang memiliki arti tenaga atau daya.

Alfred Nobel tak berkeluarga. Suatu hari, ia mengumumkan di koran untuk merekrut sekretaris. Wanita Austria-Hongaria yakni Bertha Kinsky von Chinic und Tettau mengambil pekerjaan itu. Setelah bekerja dalam waktu yang singkat, ia kembali ke Austria untuk menikah dengan Pangeran Arthur von Suttner.

Alfred dan Bertha Sophie Felicitas Baronin von Suttner menjadi kawan tetap dan berkirim surat selama bertahun-tahun. Berthapun aktif dalam pergerakan perdamaian. Ia menulis buku Buanglah Senjatamu. Saat menulis surat wasiatnya untuk menetapkan Hadiah Nobel, Alfred Nobel memasukkan hadiah untuk badan ataupun perseorangan yang memajukan perdamaian.


Medali Hadiah Nobel
Alfred Nobel meninggal di San Remo, Italia pada 10 Desember 1896. Dalam surat wasiat dan testamen terakhirnya, ia menulis bahwa banyak dari kekayaannya bisa dipakai memberi hadiah kepada yang telah melakukan usaha kemanusiaan di bidang fisika, kimia, sastra, perdamaian, fisiologi dan obat-obatan.

Tak semua orang menyukai hal ini. Surat wasiatnya ditentang sanak saudaranya dan dipersoalkan pihak berwenang di sejumlah negara, dan memakan empat tahun bagi pengawasnya meyakinkan semua pihak untuk memenuhi harapan Alfred Nobel.

Sampai pada akhirnya, untuk mengenang jasa-jasanya dan memenuhi wasiatnya, sejak 10 Desember 1901, The Royal Swedish Academy of Sciences, sebuah komisi Nobel yang berkedudukan di Stockholm, Swedia, tiap tahun memberikan penghargaan Nobel kepada kelompok atau perorangan yang berjuang demi perdamaian dan kesejahteraan umat manusia.


Pada tahun 1901, hadiah pertama Nobel dalam fisika, kimia, sastra, fisiologi dan obat-obatan dibagikan di Stockholm, Swedia dan Hadiah Nobel Perdamaian di Kristiania (sekarang Oslo), Norwegia. *** [YATI NURHAYATI | PIKIRAN RAKYAT 25102012]
Note: This blog can be accessed via your smart phone.

Friday, October 19, 2012

Mempopulerkan Tanaman Tembakau Sebagai Obat

JEAN NICOT (1530 - 1600)
Jean Nicot, dilahirkan di Mimes, Francis pada tahun 1530. Ia bukanlah terlahir dari kalangan berada. Ayahnya hanyalah seorang notaris rendahan di Kota Nimes.

Saat Dewasa, Jean berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga lambang Perancis di mana pekerjaannya ini cukup memuaskan Raja ketika itu hingga ia diangkat menjadi sekretaris pribadi Raja Henry. Pada tahun 1559-1561, ia diangkat menjadi duta besar Perancis di Lisbon.

Pada tahun 1559, ia dikirim dari Perancis ke Portugal, untuk mengurusi urusan perkawinan Putri Marguerite de Valois. Di Lisbon, Jean memiliki teman seorang ahli botani, Damiao de Goes. Suatu ketika, saat Damiao mengajak Jean makan malam, ia memperlihatkan Jean tanaman tembakau yang tumbuh di kebunnya dan menceritakan hasil penelitiannya tentang keunggulan tanaman tersebut untuk penyembuhan beberapa penyakit.

Jean kemudian mencoba apa yang Damiao ceritakan padanya dengan cara mengobati luka pada wajah seorang temannya yang lain dengan menggunakan tembakau. Ternyata, hanya dalam waktu 10 hari saja, luka itu bisa sembuh. Kejadian ini semakin meyakinkan Jean, tentang khasiat tembakau untuk penyembuhan. Jean lalu mencoba menanam tembakau dari hasil stek dari kebun Damiao, di taman Kedutaan Besar Perancis.

Jean Nicot mempersembahkan tanaman tembakau 
kepada Ratu Catherine de Medici pada 1560.  (Gambar 
dari: http://www.encore-editions.com/)
Sepulangnya dari Portugal, pada tahun 1560, Jean menuliskan tentang sifat tanaman tembakau tersebut. Digambarkannya bahwa tembakau memiliki sifat obat yang mujarab. Dan tulisan ini ia kirimkan ke Dewan Kerajaan Perancis. 

Jean pun mengirimkan tembakau pada Catherine de Medici, Ratu Perancis, pada tahun 1560, untuk mengobati sakit kepala migrain putranya Francis II. Jean menempelkan tembakau pada hidung dan dahinya, hingga ia merasa lega dari sakit kepalanya.

Nicotiana Tabacum.
Karena hal ini, Catherine terkesan, lalu ia memutuskan untuk selanjutnya membawa tembakau ini sebagai ramuan herbal dengan nama "Ramuan Ratu". Atas jasanya, Jean dihadiahi menjadi penguasa Villemain, sebuah spa yang terletak di timur Paris. Tembakau ini lalu dinamai sesuai namanya, Nicot.

Akhirnya pada tahun 1600, Jean Nicot wafat. Sebagai penghargaan atas jasanya memperkenalkan tanaman tembakau yang mengandung nikotin tersebut sebagai obat mujarab, maka pada tahun 1753, naturalis Carl Linnaeus, memilih namanya untuk menunjuk genus tanaman tersebut dinamakan sesuai namanya, Nicotiana, termasuk jenis tembakau Nicotiana tabacum, dan zat aktif dalam tanaman tersebut dinamakan nikotin. *** [NADZIRA ZAKIAH | FROM VARIOUS SOURCE | PIKIRAN RAKYAT 11102012]
Note: This blog can be accessed via your smart phone.
Enhanced by Zemanta

Friday, October 5, 2012

Penggagas Elektromagnetisme

MICHAEL FARADAY (1791 - 1867)
Kemiskinan tak menjadikan seseorang tak berpeluang membuat sejarah. Pendidikan formal kurang memadai dan tidak berasal dari keluarga papan atas pun masih memungkinkan seseorang untuk menjadi ilmuwan besar. Tentu saja, itu harus diimbangi dengan kerja keras dan cerdas. Michael Faraday, contohnya. Kebanyakan ilmuwan besar berasal dari keluarga kelas menengah, dan sangat jarang berasal dari kondisi ekstrem, yaitu dari keluarga sangat miskin atau keluarga sangat kaya. Keistimewaan Faraday tak hanya terletak pada hasil-hasil karyanya yang gemilang, tetapi juga pada fakta bahwa ia lahir pada tanggal 22 September 1791 dan besar di lingkungan kumuh Kota London.

James Faraday, sang ayah, terganggu kesehatannya sehingga tak optimal dalam memberi nafkah. Saking buruknya kemiskinan yang dijalani keluarga, Faraday kecil pernah bertahan hidup selama seminggu hanya dengan seonggok roti. Pendidikan yang tersaji untuknya pun cukup berwujud baca-tulis dan aritmatika. Namun, keseriusannya menjalani hidup berhasil membawanya ke tahapan yang sangat tinggi, memulai hidup dari jalanan Kota London, hingga akhirnya berhasil menjadi salah satu ilmuwan terkemuka dunia hingga saat ini. Kerja keras serta tindak-tanduknya yang baik terbukti menghantarkan sejumlah keberuntungan. Sikap positif itulah yang menjadikan bos pertamanya, George Riebau, memberi kebebasan pada pria yang kelak menjadi pimpinan Royal Society ini untuk membaca buku-bukunya. Ini menjadi titik mula Faraday mengenal sains. Faraday berpendapat bahwa pengetahuan tidaklah berguna jika tidak dikembangkan. Oleh karena itulah, ia mulai menghadiri kuliah sore, termasuk yang diberikan oleh Humphry Davy, ilmuwan papan atas kelas dunia, di Royal Institution, London. Kepercayaan diri menuntunnya bertindak lebih jauh melamar sebagai asisten Davy. Beruntung, Faraday diterima. Pertama ia ditugasi sebagai penulis surat dan manuskrip pribadi, dan tak lama kemudian menjadi asisten labratorium di Royal Institution. Kemana Davy pergi, Faraday mengikuti hingga ke Benua Eropa sekalipun. Di sana, ia bertemu para ilmuwan yang membuat dirinya kagum, dan juga para ilmuwan yang kelak kagum akan dirinya. Di kemudian hari nanti, ilmuwan penggagas elektromagnetisme ini menggantikan semua posisi Davy; baik di laboratorium atau ruang kuliah.

Animasi Hukum Induksi Faraday. 
(Gambar dari: http://fisika-sma.us/)
Penelitian pertama Faraday adalah bidang kimia. Saat berusia 25 tahun, ia menghasilkan karya ilmiah pertamanya, yakni 'Analysis of Native Caustic Lime of Tuscany'. Kontribusinya di bidang riset berhasil menyumbang banyak uang untuk kas institusi. Saat Hindia Belanda mengalami Perang Diponegoro, Michael Faraday tengah beralih tema penelitian; kini ia mendalami dunia listrik dan elektromagnetisme. Minatnya didorong oleh hasil penelitian Hans Christian Oersted dari Denmark, yakni bahwa sebuah kawat beraliran listrik dikelilingi medan magnet, dan memaksa jarum kompas menunjukkan arah tegak lurus.

Terhadap temuan Oersted, ia punya interpretasi sendiri. Menurutnya, kawat beraliran listrik itu sanggup mempertahankan magnet sehingga tetap dalam lintasan melingkar di sekeliling sumbu kawat. Faraday lalu merancang eksperimen guna menunjukkan 'rotasi elektromagnet' tersebut. Untuk itu, ia menggunakan dua gelas berisi merkuri. Pada satu gelas diletakkan magnet dengan pengaruh kuat; ditempatkan pula kawat beraliran listrik stasioner yang diikat hingga ke dasar gelas. Gelas satunya adalah kebalikannya; magnet diikat, sementara kawat stasioner dicelupkan dari atas. Saat listrik dialirkan, terlihat pergerakan di kedua gelas tersebut. Di gelas pertama, magnet berputar mengelilingi kawat dan, di gelas kedua, kawat bergerak mengelilingi magnet.

Riset Faraday menunjukkan bahwa ia telah menemukan motor listrik. Oktober 1821 karya ilmiah tentang hal ini dipublikasikan. Nama Faraday mencuat, masuk dalam kancah ilmuwan Eropa baris depan. Hal ini menciutkan hubungannya dengan Davy, hingga mentornya menolak memberi suara ketika Faraday mendaftar sebagai anggota Royal Society tiga tahun kemudian.
Pria penganut sekte Sandemanian ini meneruskan penelitian listrik-magnet. Tahun 1831 ia mendapati adanya relasi listrik-magnet di sebuah kumparan kawat, dan menamakannya 'induksi elektromagnet'. Peristiwa induksi terjadi pada dua buah kumparan kawat yang terikat cincin besi, dimana satu kumparan dialiri listrik - serta bertindak sebagai elektromagnet - sedang kumparan lain dihubungkan dengan kawat tembaga. Oersted memperlihatkan pengaruh magnet atas listrik Namun, Faraday memperlihatkan sebaliknya bahwa Ustrik bisa muncul berkat magnet. Di masa kini, alat yang kita namakan dinamo atau generator listrik bekerja berdasar prinsip temuan pria yang dulunya penjaga toko buku tersebut.

Setelah menuntaskan riset induksi elektromagnet, Faraday merambah ke bidang dekomposisi elektrokimia di mana air (H2O) 'terurai' berkat intervensi arus listrik menjadi gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2) menurut reaksi: 2H2O'2H2 + O2. Menurutnya, dekomposisi kimia ini sebanding dengan arus listrik yang dilibatkan. Ia juga menyatakan bahwa massa komponen yang dibebaskan oleh arus listrik tertentu besarnya sebanding dengan berat ekivalennya. Faraday menyimpulkan bahwa berat ekivalen besarnya sama dengan jumlah listrik yang dialirkan. Pada tahun 1834, itu merupakan perkiraan yang mengagumkan. Apa yang dikatakan Faraday itu baru terbukti setelah ilmuwan kimia-fisik akhir abad XVIII melakukan riset dekomposisi kimia. Kontribusi Faraday tak berhenti sampai di sini. Ia juga orang pertama yang memperkenalkan pada kita berbagai terminologi seperti elektrolit, elektroda, katoda, anoda, anion, kation, maupun ion.

Faraday melanjutkan penelitiannya. Kali ini adalah bidang elektrostatik yang digelutinya sejak 1837. Menggunakan analogi peristiwa elektrokimia, dia berpendapat bahwa interaksi dua benda bermuatan listrik juga dipengaruhi oleh medium di antara sumber muatan. Ia lalu merancang apa yang kini disebut kapasitor, suatu alat yang terdiri dari dua keping perunggu konsentris yang terpisahkan medium dari bahan berbeda-beda. Faraday mendapati bahwa kapasitor yang berisi bahan pada memiliki muatan listrik lebih besar. Dengan cara yang kurang lebih sama, Faraday juga menemukan hubungan antara gaya magnet dengan cahaya. Temuannya itu menjadi langkah pertama menuju penemuan salah satu teori terkenal di abad XIX, yakni elektromagnetik cahaya, yang ditemukan oleh James Clerk Maxwell.

Di kala tua, Faraday tak beda dengan anak muda yang dipekerjakan Davy beberapa dekade sebelumnya. Meski telah menjadi pimpinan Royal Society dan memperoleh lusinan medali dan penghargaan dari berbagai komunitas ilmiah dan perguruan tinggi, Faraday tetap sederhana, jujur, dan puas dengan gaya hidup merakyat. Kalau tak dibantu asistennya, ia lebih suka bekerja sendiri. Sejumlah teori Faraday ditentang karena tergolong sangat revolusioner, terlebih karena ia jarang memakai formula matematis yang dapat menarik perhatian rekan-rekan teoretikusnya. Atas konsep gaya temuannya, Albert Einstein, salah seorang teoretikus medan terkemuka abad XX, mengatakan, "teori itu adalah pemikiran orisinil yang mengagumkan, sebuah pemikiran yang tak berhenti karena masalah formula matematis." Ilmuwan sekaliber James Clerk Maxwell sendiri mengaku bahwa ia sangat berutang pada Faraday atas teori elektromagnetisme cahaya temuannya. Michael Faraday tutup usia pada tanggal 25 Agustus 1867 pada usia 75 tahun di Humpton Court, Middlesex-Inggris.*** [FARID SOLANA | PIKIRAN RAKYAT 27092012]
Note: This blog can be accessed via your smart phone.Enhanced by Zemanta

Thursday, September 13, 2012

Pencipta Stetoskop Pertama

RENE LAENNEC (1781-1826)
Dunia kesehatan tentu sudah tak asing lagi mendengar kata stetoskop. Sebab, stetoskop merupakan salah satu simbol yang sangat dikenal bagi profesi kesehatan, seperti; dokter, perawat, bidan, dan profesi kesehatan lainnya. Mulanya, alat ini dibuat sebagai alat untuk mendengarkan denyut jantung pasien. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) lahir pula beberapa jenis stetoskop modern dan desain stetoskop kontemporer yang bisa digunakan untuk mendengarkan suara yang dipancarkan oleh beragam organ tubuh, termasuk jantung, usus, perut, dan sistem peredaran darah.

Stetoskop merupakan salah satu alat kesehatan yang hampir selalu bisa kita lihat apabila kita sedang memeriksakan diri ke dokter. Sejarah mencatat bahwa stetoskop mulai dikembangkan sejak abad ke-17 di Francis, yakni oleh seorang Dokter Perancis yang bernama lengkap Rene Theophile Hycinthe Laennec pada tahun 1816, walaupun pada dasarnya konsep analisis penyakit melalui suara detak jantung sudah dikenal sejak lama di literatur Mesir. Praktik mendengarkan jantung pasien yang dikenal dengan istilah "auskultasi" ini telah lama dikenal bersamaan dengan sejarah Bapak Kedokteran Modern, Hippocrates. Rene Laennec lahir di Quimper, Perancis pada tanggal 17 Februari 1781, dia merupakan seorang penemu stetoskop saat bekerja di Hôpital Necker dan mempelopori penggunaannya dalam mendiagnosis berbagai kondisi dada.

Bentuk dari stetoskop pertama (dari
buku Rene Laennec 1819)
(Gambar dari: http://en.wikipedia.org/)
Pada dasarnya mendiagnosis melalui suara dari organ tubuh manusia telah dilaporkan dalam literatur kuno. Hippocrates menganjurkan untuk mencari instrumen yang praktis dalam dunia kedokteran pada tahun 350 SM. Hippocrates telah menggunakan metode untuk menggunakan telinga secara langsung ke dada pasien dan telah ditemukan bahwa motode tersebut sangat berguna untuk mendeteksi akumulasi cairan yang ada di dalam dada. Bahkan, Ambroise Pare seorang ahli bedah terkenal pada abad 16 mencatat jika ada materi lain di dalam dada manusia, kita bisa mendengar suaranya dari botol yang diisi setengah.

Lahirnya stetoskop pertama di dunia yang diciptakan oleh Rene Laennec bermula ketika ia sedang memeriksa pasien seorang perempuan muda. Rene Laennec merasa malu jika harus menempatkan telinganya di dada, yang merupakan metode auskultasi yang selalu digunakan oleh para dokter saat itu. Dia masih ingat akan "trik" yang pernah ia pelajari semasa masih anak-anak yang bermain suara melalui suatu padatan.

Kemudian ia pun menggulung 24 lembar kertas, yang selanjutnya ditempatkan satu ujung telinga dan ujung lainnya ke dada pasien perempuan muda tersebut. Laennec merasa puas dan cukup senang menemukan bahwa kerucut. kertas itu bisa mendengar suara yang cukup jelas dan keras. Saat itulah pertama tercatat dalam dokumentasi naskah auskultasi dengan menggunakan alat stetoskop (mediate auskultasi) pada 8 Maret 1817 saat Rene Laennec memeriksa Marie Melaine Basset, yang berumur 40 tahun.

Rene Laennec menyebut alatnya ini dengan sebutan Le Cylindre, yang kemudian berubah nama menjadi stetoskop. Nama stetoskop ini diambil dari bahasa Yunani yang berarti "saya lihat" dan "dada". Ia ciptakan sebuah stetoskop dari sepotong kayu, di mana salah satu ujungnya memiliki lubang untuk menempatkan didekat telinga dan ujung lainnya berbentuk cekung.

Kemudian Laennec pun menerbitkan hal tersebut pada risalah klasik pada auskultasi di tahun 1819 di mana ia pun membahas tentang stetoskopnya yang diilustrasikan dengan desainnya. Dan pada edisi kedua diterbitkan pada tahun 1826, setelah Rene Laennec tutup usia akibat penyakit TBC yang dideritanya pada 13 Agustus 1826.

Stetoskop Modern.
(Gambar dari: http://en.wikipedia.org/)
Desain stetoskop digambarkan memiliki panjang 12 inci dan 1.5 inci dengan diameter 0.38 inci. Dan pada saat ini alat stetoskop bisa dibeli dengan harga 2 franc.

Dalam perkembangan selanjutnya stetoskop sendiri pun terbagi menjadi 2 jenis, yaitu stetoskop monaural dan stetoskop bi-naural. Seiring dengan kemajuan yang semakin pesat dalam dunia kesehatan, khususnya dunia kedokteran stetoskop pun kian dikembangkan, hingga lahirlah stetoskop modern, seperti stetoskop populer di mana desain stetoskopnya Rappaport Sprague yang dikembangkan pada tahun 1940, tetap populer di seluruh komunitas profesi kesehatan selama lebih dari lima tahun.

Stetoskop Littman, stetoskop yang dikembangkan oleh Dr David Littman, dimana stetoskop ini menawarkan suara akustik yang lebih terang dan jelas dan dipatenkan pada tahun 1963. Bahkan, lahir pula stetoskop yang berfungsi sebagai peredam bising, stetoskop ini telah dipatenkan oleh Deslauries Richard pada tahun 1999. *** [BUDI IMANSYAH | WIKIPEDIA | PIKIRAN RAKYAT 13092012]
Note: This blog can be accessed via your smart phone.Enhanced by Zemanta

Monday, July 2, 2012

Menemukan Radar Untuk Mendeteksi Pesawat

ROBERT WATSON-WATT (1892-1973)
Robert Watson-Watt lahir pada tanggal 13 April 1892 di Brechin, Skotlandia. Watson-Watt masih keturunan James Watt, seorang insinyur terkenal dan penemu mesin uap. Setelah menempuh pendidikan di Damacre Primary School dan Brechin High School, Watson-Watt melanjutkan kuliah di University College, Dundee (sekarang bernama University of Dundee). Dia lulus dengan gelar BSc (bachelor of science) di bidang teknik pada 1912.

Pada 1915, Watson-Watt berprofesi sebagai ahli meteorologi di Royal Aircraft Factory di Farnborough. Di tempat tersebut dia mengaplikasikan pengetahuan radio yang sudah dimiliki sebelumnya dan ide menggunakan radio untuk mendeteksi badai guntur.

Riset pertama Watson-Watt adalah menggunakan radio gelombang pendek untuk mendeteksi lokasi badai guntur. Petir menimbulkan sinyal radio ketika berionisasi di udara, dan dia berencana mendeteksi sinyal ini sehingga didapatkan informasi yang berguna bagi para pilot pesawat akan bahaya badai guntur yang mendekati pesawat.

Riset pertama Watson-Watt berjalan sukses. Alat buatannya dapat bekerja mendeteksi sinyal dalam jarak lebih jauh. Namun, muncul dua masalah yang harus diatasi. Masalah pertama adalah penentuan lokasi sinyal dan juga arah badai. Masalah ini kemudian diatasi dengan menggunakan antena terarah yang dapat diatur secara manual untuk memaksimalkan dan meminimalkan sinyal, sehingga lokasi badai dapat ditentukan. Ketika permasalahan tersebut diatasi, muncul satu masalah lainnya, yaitu sinyal yang terlihat cepat menghilang. Masalah kedua ini diatasi dengan menggunakan sebuah osiloskop sinar katoda yarig mengandung fosfor ketahanan lama.

Pada 1934, Kementerian Angkatan Udara Inggris membentuk komite yang dipimpin oleh Sir Henry Tizard untuk meningkatkan pertahanan udara Britania. Selama Perang Dunia I, Jerman menggunakan Zeppelin sebagai pengebom wilayah London dan kota-kota lainnya. Hal tersebut membuat pertahanan Britania harus berjuang keras. Sejak saat itu kemampuan pesawat tempur Britania terus-menerus ditingkatkan untuk menghadang serangan musuh dari udara. Namun dengan keterbatasan waktu menjelajah, sebuah pesawat tempur memerlukan kemampuan ekstra untuk tetap mengudara. Oleh karena itu, solusi yang masuk akal harus segera muncul.

Pada 12 Februari 1935, Watson-Watt mengirim laporan rahasia tentang pengajuan suatu sistem berjudul "Detection and Location of Aircraft by Radio Methods" ("Mendeteksi dan Menentukan Lokasi Pesawat dengan Menggunakan Metode Radio") kepada Kementerian Angkatan Udara Inggris. Konsep yang diajukan Watson-Watt tersebut jelas potensinya untuk pertahanan udara. Metode radio yang digunakan untuk mendeteksi dan menentukan lokasi pesawat di udara adalah hasil pengembangan dari sistem pendeteksi badai guntur yang telah dibuat sebelumnya oleh Watson-Watt. Dia menamai metode pendeteksian pesawat tersebut range and direction finding (RDF), yang kemudian metode tersebut menjadi lebih dikenal dengan nama radio detection and ranging (radar).
Sir Robert Watson-Watt dengan perangkat radar asli yang dibuat di Ditton Park, Inggris pada tahun 1935. Perangkat ini sekarang berada di London Science Museum. (Picture from: http://www.wdc.rl.ac.uk/)
Radar berarti mendeteksi keberadaan, letak, dan arah gerak benda-benda seperti pesawat dan kapal di kejauhan melalui kemampuan benda tersebut untuk memantulkan seberkas radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang beberapa sentimeter. Radar terdiri dari pemancar yang menghasilkan radiasi frekuensi radio, yang dipancarkan pada antena yang dapat dipindah-pindahkan. Bila berkas radiasi yang dipancarkan terganggu oleh suatu benda padat seperti pesawat, sebagian energi radiasi akan dipantulkan kembali ke antena. Sinyal yang diterima antena diteruskan ke bagian penerima. Di bagian penerima inilah sinyal tersebut diperkuat sehingga lokasi pesawat terdeteksi. Gema dari pantulan benda padat ditunjukkan oleh kenaikan mendadak pada keluaran (output) detektor yang tampak di layar osiloskop.

Setelah mendapat laporan dari Watson-Watt tentang potensi radar untuk mendeteksi dan menentukan lokasi pesawat, Kementerian Angkatan Udara Inggris merespons melalui pertanyaan tentang demonstrasi yang membuktikan bahwa gelombang-gelombang radio dapat dipantulkan oleh pesawat. Bukti tersebut segera ditampilkan melalui demonstrasi sekaligus uji coba pada 26 Februari 1935 dengan menggunakan dua antena penerima yang ditempatkan pada jarak sekitar sepuluh kilometer dari salah satu stasiun siaran gelombang pendek milik BBC di Daventry. Demonstrasi tersebut sukses. Pada beberapa kejadian, sinyal tampak jelas dari pesawat pengebom Handley Page Heyford yang terbang di sekitar tempat uji coba. Sebagai pengakuan atas keberhasilan tersebut, pada 2 April 1935 Watson-Watt menerima hak paten peranti radio untuk mendeteksi dan menentukan lokasi sebuah pesawat.

Robert Watson-Watt meninggal pada 5 Desember 1973 di Inverness, Skotlandia. Atas kontribusinya mengembangkan perangkat radar untuk pertahanan udara Britania Raya, Watson-Watt mendapat banyak penghargaan dari pemerintah Inggris. Selain itu, pemerintah Amerika Serikat juga memberi penghargaan kepada Watson-Watt atas jasanya membantu membangun sistem radar untuk pertahanan di wilayah udara Pearl Harbor ketika Perang Dunia II.*** [GUN GUN GUNAWAN | PIKIRAN RAKYAT 21062012]
Note: This blog can be accessed via your smart phone.Enhanced by Zemanta

Wednesday, June 13, 2012

Penemu Spikula Matahari

ANGELO SECCHI (1818-1878)
Angelo Secchi lahir pada tanggal 18 Juni 1818 di Reggio Emilia, Italia. Dia memasuki Ordo Jesuit ketika berusia 16 tahun serta mulai mempelajari fisika dan matematika pada tahun 1839. Kekacauan akibat pengaruh politik di Italia pada 1848 telah memaksa Secchi mengungsi ke Inggris dan setelah itu ke Georgetown University di dekat Washington yang menjadi tempat pertamanya mengkaji ilmu alam. Pada 1852 dia kembali ke Roma, Italia dan mendirikan observatorium baru di Collegio Romano

Secchi banyak memberikan kontribusi penting di bidang astronomi, terutama dalam pengklasifikasian spektral bintang. Dia adalah orang pertama yang membuat klasifikasi bintang berdasarkan sistematika spektroskopi (ilmu yang mempelajari metode-metode untuk menghasilkan dan menganalisis spektrum dengan menggunakan spektroskop, spektrometer, spektrograf, dan spektrofotometer). Atas pekerjaannya ini, beliau seringkali disebut sebagai Bapak Pengklasifikasian Bintang. Skema klasifikasi bintang yang dia buat itu memiliki pengaruh besar di paruh kedua abad ke-19 dan menjadi pembuka jalan bagi semua skema klasifikasi bintang yang dibuat di kemudian hari. 

Secchi adalah seorang yang sangat aktif mengkaji bidang fisika matahari. Ketertarikan mengkaji cabang ilmu ini muncul ketika dia tinggal di Amerika. Dia mempelajari dan mengamati (secara visual dan spektroskop kemunculan prominensa lidah api matahari) selama kejadian gerhana dan menjadi orang pertama yang menerangkan bahwa prominensa merupakan fitur yang dimiliki matahari. Ketika menjadi pimpinan Vatican Observatory, dia mengamati matahari dan menemukan keberadaan spikula matahari. Temuan keberadaan spikula (pancaran gas di kromosfer yang tampak seperti paku tajam) merupakan sesuatu yang berharga karena kemunculan spikula-spikula ini sampai sekarang terus-menerus diteliti. 

Suatu hasil pekerjaan Secchi yang pada zamannya menjadi alat yang spektakuler adalah pembangunan teleskop ekuatorial Merz. Instrumen itu memiliki ukuran bukaan (aperture) 24 sentimeter dan jarak titik api 435 sentimeter. Ketika itu Secchi memutuskan untuk memindahkan observatoriumnya ke puncak Gereja St. Ignatius. Bangunan itu merupakan wilayah yang cocok untuk dijadikan observatorium karena memiliki desain kubah berukuran tinggi 80 meter dan lebar 17 meter. Observatorium yang bernama Pontifical Observatory ini menjadi terkenal karena sejumlah temuan Secchi dan sudah tidak asing lagi di kalangan orang-orang Roma pada saat itu. 

Secchi adalah pakar astrofisika pertama yang menyatakan bahwa inti matahari berbahan gas dengan temperatur yang berangsur menurun dari bagian inti ke permukaan matahari. Meski beberapa teori yang pernah beliau ungkapkan tentang sunspot (bintik matahari), granulasi, dan prominensa matahari sekarang-sekarang ini dipertimbangkan usang (tidak bisa diterima), teori-teorinya itu telah memberi pengaruh yang besar di kalangan astronom dan pakar fisika matahari pada abad ke-19. 

Secchi, yang juga dijuluki sebagai Bapak Astrofisika, adalah orang yang pertama kali menggambar peta planet Mars pada tahun 1858. Dia menyebut Syrstis Major yang terdapat di permukaan Mars sebagai "Kanal Atlantik" ("Atlantic Canal"). Dia mendahului Schiaparelli dalam penggunaan istilah kanal di Mars, meski kanal yang digambarkan oleh Secchi bukan merupakan Martian garis lurus yang panjang seperti yang dilukiskan Schiaparelli dan Lowell. 

Angelo Secchi meninggal di Roma, Italia pada 26 Februari 1878. Sebuah kawah di Bulan dan Mars dinamai "Secchi Crater" sebagai penghormatan terhadap Angelo Secchi. *** [ZULVI HAETAMI | PIKIRAN RAKYAT 07062012]
Note: This blog can be accessed via your smart phone.Enhanced by Zemanta

Friday, May 25, 2012

Penemu Metode Uji DNA

SIR ALEC JOHN JEFFREYS (1950 - SEKARANG)
Sir Alec John Jeffreys dilahirkan pada 9 Januari 1950 di Oxfordshire, Inggris. Ia berasal dari keluarga kelas menengah yang memiliki satu kakak dan satu adik. Enam tahun pertamanya ia habiskan di Oxford sampai tahun 1956, kemudian keluarganya pindah ke Luton Sejak kecil ia menunjukkan minat yang besar terhadap biokimia sikapnya ini dianggap sebagai sitat yang diwariskan dari kakek dan ayahnya yang kala itu keduanya telah memegang sejumlah hak paten dari beberapa produk.

Saat usianya 8 tahun, Alec sudah diberi oleh ayahnya satu set peralatan kimia yang besar, yang disempurnakan beberapa tahun kemudian dengan tambahan paket bahan-bahan kimia termasuk sebotol asam sulfat pekat yang kala itu pembeliannya di apotek masih bebas, belum diatur seperti sekarang, Alec sangat suka membuat ledakan kecil hingga tanpa sengaja percikan asam suifat tersebut meninggalkan bekas yang permanen di dagunya. Kemudian saat usianya sembilan tahun, ayahnya membelikannya mikroskop kecil untuk memeriksa sejumlah spesimen biologi. Minatnya yang tinggi terhadap ilmu biologi dan kimia, membuatnya berinovasi untuk membuat seperangkat peralatan bedah kecil yang ia gunakan untuk membedah sejumlah hewan seperti lebah dan bangkai kucing. Selain berminat pada ilmu biologi dan kimia, Jeffreys pun menyukai dunia sepeda motor.

Setelah menyelesaikan sekolah dari Sekolah Tata Bahasa Luton dan Sekolah Tinggi Luton Sixth Form, pada tahun 1968, ia melanjutkan kuliah di Merton College, Oxford, dan pada tahun 1972 ia lulus dengan gelar kehormatan di bidang biokimia. Setelah Jeffreys berhasil mengambil gelar PhD di Universitas Oxford dengan tesis mengenai studi pada mitokondria, ia pindah ke Universitas Amsterdam, dan bekerja sebagai peneliti gen mamalia. Pada tahun 1977, Sir Alec Jeffreys pindah ke Universitas Leicester dan menemukan lingkungan yang mendukungnya pada pengembangan penelitian terhadap variasi DNA pada individu.

Pada 10 September 1984, secara tidak sengaja, di tengah-tengah proses penelitiannya di laboratorium Leicester, Sir Alec Jeffreys melihat gambar film sinar-X dari beberapa eksperimen DNA, yang tampak menunjukkan adanya kesamaan dan perbedaan antara DNA dari berbagai anggota teknisinya. Dalam waktu sekitar setengah jam, ia menyadari bahwa dalam DNA pun terdapat ruang lingkup seperti halnya sidik jari. Ia menyimpulkan sidik jari DNA ini dapat digunakan sebagai kode-kode genetik untuk mengidentifikasi seseorang. Pengembangan metode ini kemudian menjadi hal yang penting untuk mengungkap identitas sesorang dalam ilmu forensik untuk membantu kepolisian, dinas imigrasi, dan membantu menyelesaikan perselisihan keturunan dalam suatu keluarga. Pengembangan metode ini pun berguna untuk hewan dan tumbuhan.

Pengembangan DNA forensik dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR) membuka pendekatan baru untuk tes DNA yang lebih spesifik dan akurat. Pengembangan metode uji DNA yang dilakukan Jeffreys pun terus nneningkat, hingga sampai pada metode menguak pola-pola STR (short tandem repeats), yang membuatnya berhasil menguak kasus-kasus identitas dari beberapa individu.

Kerja keras Sir Alec Jeffreys, telah membuatnya dianugerahi sejumlah penghargaan. Di antaranya, tahun 1986 menjadi Fellow dari Royal Society, 1989 menjadi Midlander of the Year, 1991 di angkat sebagai Profesor Riset Royal Society, 1992 menjadi warga kehormatan Kota Leicester, 1996 memperoleh penghargaan Albert Einstein Dunia Penghargaan Ilmu, 1999 memperoleh medali stokes, 2004 memperoleh Doktor Kehormatan dari University of Leicester, dan mendapatkan Royal Medali dari Royal Society, serta penghargaan Inggris untuk lifetime Achievement, serta hadiah kedokteran, 2006 memperoleh hadiah Dr AH Heinekien untuk Biokimia dan Biofisika, dan masih banyak lagi penghargaan yang diperolehnya, hingga 21 Februari 2011, ia memperoleh ABRF Award. *** [YAYI ZAKIAH | PIKIRAN RAKYAT 24052012]
Note: This blog can be accessed via your smart phone.Enhanced by Zemanta

Friday, May 11, 2012

Penemu Awal Pengobatan Penyakit Lupus

NIELS RYBERG FINSEN (1860-1904)
Neils Ryberg Finsen, dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1860 di Thorshavn, ibu kota Kepulauaan Faroe, bagian dari Denmark yang terletak di utara Kepulauaan Britania. Putra dari pasangan Hannes Steingrim Finsen (ayah) dan Johanne Froman (ibu) ini, menghabiskan masa kecilnya dengan bersekolah di beberapa sekolah di Thorshavn dan Herlufsholm, Denmark. Ayahnya, Hannes Steingrim Finsen adalah pejabat tinggi di pemerintahan Kepulauaan Faroe, pada masa itu.

Pada tahun 1876, Niels pindah ke sekolah di Reykjavik, Islandia, lalu meneruskan sekolah di Denmark Setelah tamat, pada tahun 1882, Niels melanjutkan pendidikan ke Kopenhagen mengambil bidang kedokteran. Ia menempuh ujian kedokteran pada tahun 1890 dan menerima gelar dokter pada tahun 1891. Niels lalu mengajar bidang anatomi di departemen pembedahan dan tak lama berselang, ia pun menjadi prosector anatomi di University of Copenhagen.

Pada tahun 1893, Niels yang begitu berminat pada cahaya matahari, melakukan serangkaian percobaan ilmiah mengenai fototerapi atau efek cahaya untuk pengobatan. Sebenarnya, sejak kanak-kanak Niels memang sangat menyukai melakukan pengamatan terhadap cahaya matahari sehingga ketika mahasiswa pun ia rajin mengamati pengaruh matahari terhadap jaringan serangga, berudu, dan pada binatang lainnya.

Besarnya minat yang dimiliki Niels untuk mempelajari cahaya matahari, menjadikannya fokus pada hal-hal yang menyangkut pengobatan penyakit oleh cahaya matahari. Ia memulainya dengan mengamati pengobatan luka cacar yang disebabkan oleh virus, dengan menggunakan cahaya matahari.
Aplikasi sinar terkonsentrasi Finsen dengan cahaya buatan. [Perpustakaan dan Museum Sejarah Medis. Universitas Valencia. Spanyol] (Gambar dari: http://www.historiadelamedicina.org/)
Dalam percobaan sederhana, Niels memperoleh kesimpulan bahwa dalam cahaya matahari, terkandung suatu zat lamia tertentu atau terdapat busur listrik dari cahaya matahari yang memiliki efek merangsang pada suatu jaringan jika radiasinya terlalu kuat.
Penerapan sinar matahari terkonsentrasi ke daerah yang terkena infeksi penyakit. [Perpustakaan dan Museum Sejarah Medis. Universitas Valencia. Spanyol] (Gambar dari: http://www.historiadelamedicina.org/)
Radiasi dari matahari yang kuat justru akan merusak jaringan, walaupun tubuh memiliki kekuatan melawan efek radiasi tersebut dengan pembentukan pigmen, tetapi tetap saja radiasi itu bersifat merusak Dengan demikian, ia menyimpulkan bahwa untuk penyakit cacar, pasien akan lebih baik jika menghindari cahaya matahari terutama menghindari kandungan kimia perusak tersebut.

Dalam beberapa rangkaian percobaannya, cahaya matahari yang telah melewati serangkaian proses penyaringan hingga diperoleh cahaya merah, yaitu cahaya akhir spektrum merah, dikombinasikan dengan cahaya matahari (ultraviolet) yang telah disaring, dapat berguna untuk pengobatan tuberkolosis (TBC). Setelah menerbitkan karya-karya penting dalam bidang fototerapi dalam kurun waktu 1893 hingga 1894, Niels lalu mulai meneliti pengobatan terhadap penyakit lupus vulgaris yang disebabkan oleh bakteri, dengan cara fototerapi.

Dengan mengumpulkan hasil-hasil riset mengenai cahaya matahari yang terdahulu, yaitu riset yang menyatakan bahwa sinar matahari dapat membunuh bakteri, Niels lalu mencoba memfokuskan cahaya buatan melalui prisma, menyaringnya berkali-kali sehingga setelah sekian lama melakukan percobaan, ia menyimpulkan bahwa pada konsentrasi yang tinggi tetapi tertentu, sinar ultraviolet dapat menyerang secara efektif jaringan yang sakit.

Penemuannya ini menyebabkan penggunaan sinar ultraviolet dengan konsentrasi tertentu menjadi pilihan untuk pengobatan lupus vulgaris dalam beberapa dasawarsa. Niels lalu mendirikan Institut Cahaya di Kopenhagen, tempat ratusan pasien lupus vulgaris berhasil disembuhkan.

Atas jasa-jasanya pada bidang ilmu fototerapi, Niels banyak memperoleh penghargaan, di antaranya gelar profesor pada tahun 1898 dan menjadi knight dari orde Dannebrog. Niels adalah anggota kehormatan dari berbagai organisasi kemasyarakatan di Skandinavia, Rusia, Jerman, dan lain-lain. Niels pun memperoleh medali emas Denmark untuk usaha-usahanya di bidang kesehatan. Pada tahun 1903 Niels Ryberg Finsen memperoleh hadiah Nobel untuk bidang fisiologi atau kedokteran. Pada tahun 1904, Niels memperoleh hadiah dari University of Edinburgh. Pada tanggal 24 September 1904, Niels Ryberg Finsen meninggal dunia. *** [YAYIZA | PIKIRAN RAKYAT 10052012]
Note: This blog can be accessed via your smart phoneEnhanced by Zemanta

Thursday, April 12, 2012

Penemu Sinar-X

WILHELM CONRAD RONTGEN (1845-1923)
Tak terbayangkan jika dunia ini tak mempunyai alat rontgen. Nyaris mustahil! Wilhelm Conrad Rontgen si penemu sinar-X dilahirkan pada 27 Maret 1845 di Lennep Jerman anak seorang pedagang pakaian.

Pada usia 3 tahun, keluarganya pindah ke Apeldoorn Belanda. Ia kemudian masuk ke Institut Martinus Herman Van Doorn.

Rontgen belajar Fisika Universitas Utrecht tahun 1865. Ia kemudian masuk dalam jurusan Rekayasa Mekanik di Politeknik Zurich Swiss dan bekerja di laboratorium Kundt di bawah bimbingan dosennya-Clausius. Rontgen memperoleh gelar PhD. tahun 1869, kemudian terbang ke Prancis mengajar di Univesitas Strasbourg sebagai guru besar bidang Fisika. Tak lama kemudian ia pindah ke Jerman tahun 1900 menjadi ketua jurusan Fisika Universitas Munich atas permintaan khusus pemerintah Provinsi Bavaria.

Karya pertamanya dipublikasikan tahun 1870 tentang “panas gas yang spesifik”, kemudian disusul karya tulis tentang “konduksi panas kristal.

Tanggal 8 November 1895 Rontgen melakukan percobaan dengan "Cathode", sinar Cathode terdiri atas arus elektron. Arus diproduksi menggunakan voltase tinggi antara electrode yang ditempatkan pada masing-masing ujung tabung gelas yang udaranya hampir di kosongkan seluruhnya. 

Sinar cathode ini tidak khusus merembes dan sudah distop oleh beberapa sentimeter udara. Pada peristiwa ini Rontgen sudah sepenuhnya menutup tabung sinar cathode dengan kertas hitam tebal sehingga biarpun listrik dinyalakan, tak ada cahaya yang bisa terlihat dari tabung. 

Akan tetapi, takkala Rontgen menyalakan arus listrik di dalam tabung sinar cathode, dia terperanjat melihat bahwa cahaya mulai memijar pada layar yang terletak dekat bangku seperti distimulir oleh sinar lampu. 

Dia padamkan tabung dan layar (yang terbungkus barium platino cyanide). Lalu cahaya berhenti memijar. Karena tabung sinar cathode sepenuhnya tertutup. Rontgen segera sadar bahwa suatu bentuk radiasi yang tak kelihatan mesti datang dari tabung ketika cahaya listrik dinyalakan. Karena ini merupakan hal yang misterius, dia sebut radiasi yang tampak itu "sinar-X" yang merupakan lambang matematik biasa untuk sesuatu yang tidak diketahui. 

Tergiur oleh penemuannya yang kebetulan itu, Rontgen menyisihkan penyelidikan-penyelidikan lainnya dan ia pusatkan perhatian terhadap penelaahan hal ihwal yang terkandung dalam "Sinar-X". Sesudah beberapa minggu bekerja keras, dia menemukan bukti-bukti lain sebagai berikut.
  1. Sinar X bisa membuat sinar pelbagai benda kimia selain brium platinocyanide.
  2. Sinar X dapat menerobos lewat berbagai benda yang tak tembus oleh cahaya biasa. Rontgen menemukan bahwa sinar-X dapat menembus dagingnya, tetapi berhenti pada tulangnya. Dengan jalan meletakkan tangannya antara tabung sinar cathode dan layar yang bersinar, Rontgen dapat melihat di layar bayangan dari tulang tangannya.
  3. Sinar X berjalan menurut garis lurus; tidak seperti partikel bermuatan listrik, sinar X tidak terbelokkan oleh bidang magnet. 
Bulan Desember 1895 Rontgen menulis kertas kerja pertamanya mengenai sinar-X. Laporannya dalam waktu singkat menggugah perhatian dan kegemparan. Dalam tempo beberapa bulan, banyak ilmuwan melakukan penyelidikan sinar-X dan dalam tempo setahun sekitar 1000 kertas kerja diterbitkan tentang masalah itu. 

Salah seorang ilmuwan yang penyelidikannya langsung pada hasil penemuan Rontgen adalah Antoine Henry Becquerel. Orang ini meskipun maksud utamanya menyelidiki sinar-X, justru menemukan fenomena penting tentang radioaktivitas. 

Secara umum sinar-X bekerja bila energi tinggj elektron mengenai sasaran. Sinar-X itu sendiri tidak mengandung elektron. Akan tetapi, gelombang yang dapat terlihat mata (yaitu gelombang cahaya), kecuali panjang gelombang sinar-X jauh lebih pendek. 

Sinar-X juga banyak dipergunakan untuk keperluan industri, misalnya bisa digunakan untuk mengukur tebal suatu benda atau mencari kerusakan yang tersembunyi. Sinar-X juga berfaedah pada banyak bidang penyelidikan ilmiah, mulai dari biologi hingga astronomi. Sinar-X menyuguhkan kepada para ilmuwan sejumlah besar informasi yang berkaitan dengan atom dan struktur molekul.

Rontgen tak mempunyai anak karena itu dia dan istrinya, Anna Bertha Ludwig kemudian mengadopsi anak seorang gadis, tahun 1901 Rontgen menerima hadiah Nobel bidang fisika yang untuk pertama kalinya diberikan pada bidang itu. Dia tutup usia di Munich, Jerman pada 10 Februari 1923. *** [ASEP CANDRA ABDILAH | BIOLOGIPEDIA | PIKIRAN RAKYAT 12042012] 
Note: This blog can be accessed via your smart phoneEnhanced by Zemanta