-->
Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Thursday, October 6, 2011

Sang Pembunuh Jamur

Elizabeth Lee Hazen (1885-1975)
Kerja sama ilmiah jarak jauh dua peneliti Amerika Serikat yaitu Elizabeth Lee Hazen dan Rachel Fuller Brown berujung pada sukses penemuan antijamur pertama yang aman bagi manusia.

Elizabeth Lee Hazen lahir pada 24 Agustus 1885 di Rich, Mississippi, Amerika Serikat. Selepas meraih gelar sarjana sains dari Mississippi University for Women pada 1910, Hazen kemudian mengajar biologi di satu sekolah lanjutan atas. Sambil mengajar, Hazen ikut kuliah musim panas di University of Tennessee dan University of Virginia.
Hazen meraih gelar master dan Ph.D. di Columbia University pada 1917 dan 1927 dan merupakan salah satu wanita doktor pertama di universitas tersebut.

Tahun 1931, Hazen mendapat kesempatan bekerja di Divisi Laboratorium Diagnosis Bakterial di Departemen Kesehatan Negara Bagian New York. Di sini, dia berhasil meraih kesuksesan di bidang diagnosis bakterial seperti mengungkap wabah anthrax, menemukan sumber tularemia, dan mengungkap sumber keracunan makanan.

Dari sini, Hazen kemudian pindah kerja ke Divisi Laboratorium dan Penelitian Departemen Kesehatan Masyarakat Negara Bagian New York. Di sinilah Hazen belajar dan meneliti jamur (fungi) dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jamur.

Tahun 1944, Hazen ditugaskan meneliti jamur dan kaitannya dengan bakteri dan mikroba lainnya. Untuk hal ini dibutuhkan bantuan seorang ahli biokimia dan terpilihlah Rachel Fuller Brown yang bekerja di laboratorium di Albany.

Elizabeth Lee Hazen (kiri) dan Rachel Fuller Brown (kanan)
Karena terpisah oleh jarak, Hazen dan Brown berbagi sampel dan pengujian melalui kantor pos. Hazen melakukan kulturisasi mikroorganisme, menguji sampel untuk melihat adanya aktivitas jamur, dan menguji daya racun. Sementara Brown melakukan identifikasi, karakterisasi, dan pemurnian berbagai zat yang memiliki sifat dapat membunuh jamur.

Pada 1948, Hazen menemukan mikroorganisme yang menjanjikan di tanah peternakan milik seorang temannya. Dia memberi nama mikroorganisme tersebut sebagai Streptomyces noursei yang diambil dari nama pemilik peternakan yaitu William Nourse.

Streptomyces noursei dapat menghasilkan dua zat antijamur: satu bersifat racun bagi tikus, dan yang lain, ketika dimurnikan, efektif untuk melawan candidiasis dan jamur yang menginfeksi paru-paru dan sistem saraf pusat.

Tahun 1950, Hazen dan Brown memperkenalkan temuan mereka di National Academy of Sciences. Awalnya, temuan Hazen dan Brown diberi nama Fungicidin, tetapi kemudian diganti menjadi Nystatin untuk menghormati para" pekerja di Departemen Kesehatan Masyarakat Negara Bagian New York.

Berkat prestasinya, Hazen menerima berbagai penghargaan seperti The Squibb Award in Chemotherapy dan menjadi wanita pertama yang menerima Chemical Pioneer Award dari American Institute of Chemists. Hazen juga masuk ke dalam National Inventors Hall of Fame. *** [AKHMAD TAUFIK | PIKIRAN RAKYAT 29092011]
Kindly Bookmark and Share it: