-->
Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Tuesday, March 12, 2013

Sang Petualang Lautan

FRIDTJOF NANSEN (1861-1930)
Dalam dunia Oseanografi, nama Fridtjof Nansen sudah tidak asing lagi. Ilmuwan yang sekaligus penjelajah Samudera Arktik ini lahir pada 10 Oktober 1861 di Norwegia. Ayahnya bernama Baldur Fridtjof Nansen dan ibunya bernama Adelaide Johanne Thekla Isidore Boiling Wedel-Jarlsberg. Baldur adalah seorang pengacara kemanusiaan yang beralih menjadi reporter Mahkamah Agung Norwegia.

Baldur dan Adelaide menetap di Kota Store Froen yang terletak beberapa kilometer dan ibu kota Norwegia, Christiania (yang sekarang bernama Oslo). Pasangan ini dikaruniai tiga anak. Fridtjof Nansen, sang petualang lautan, adalah putra bungsunya.

Siapa sangka, si bungsu ini kemudian terkenal sebagai penjelajah Samudera Arktik, ilmuwan, negarawan sekaligus aktivis kemanusiaan. Keberagaman akan hal yang dilakukannya terlihat dari hasil karyanya yang mencakup "Eskimo Life" (1893), "Closing-Nets for Vertical Hauls and for Vertical Towing" (1915), "Russia and Peace" (1923), dan "Armenia and the Near East" (1928).

Kehidupannya sebagai ilmuwan dimulai ketika Nansen belajar zoologi di Royal Frederick University pada awal tahun 1881. Setelah itu, ia bekerja sebagai seorang kurator di Museum Bergen di mana penelitian utamanya pada sistem saraf pusat makhluk laut yang lebih rendah. Hasil penelitiannya itu memberinya gelar doktor dan membantunya mendirikan teori neurologi modern.

Sementara itu, perjalanan pesiarnya ke Samudera Artik dilakukan tahun 1882. Pada tahun 1888, bersama kelompoknya, Nansen membuat memorabilia perjalanan melintasi Greenland dengan ski yang dijelaskan dalam karyanya yang berjudul "First Crossing of Greenland" (1890).

Setelah tahun 1896, ia lebih tertarik melakukan penelitian ilmu oseanografi dibandingkan dengan zoologi. Dalam penelitiannya dia melakukan berbagai pelayaran ilmiah, terutama di Atlantik Utara dan berkontribusi dalam pengembangan peralatan oseanografi modern.

Nansen memang memiliki impian yang cukup aneh, yaitu mencapai kutub utara dengan "menumpang" pada es yang mengapung di kutub. Untuk itu, ia melakukan pelayaran ke Arktik pada tahun 1893 di dalam Kapal Fram yang didesain khusus untuk tahan terhadap benturan es. Perjalanan ini dikenal dengan nama ekspedisi Fram. Kapal Fram tersebut ditambatkan pada es yang mengapung pada posisi 83,59 derajat Lintang Utara (LU), menuju 85,57 derajat LU.
Fridtjof Nansen seorang penjelajah asal Norwegia yang merupakan perintis ekplorasi wilayah kutub. (Gambar dari: http://ngm.nationalgeographic.com/)
Tahun 1896, Kapal Fram kembali dengan selamat di Norwegia meskipun tidak mencapai kutub, seperti yang sudah diperkirakan Nansen sebelumnya. Pada 1895 ia meninggalkan kapalnya dan mengatur rencana baru untuk melengkapi perjalanannya ke kutub dengan menggunakan kereta luncur. Namun demikian, ia hanya bisa mencapai posisi 86,14 derajat LU akibat kondisi es yang membelok.

Walau Nansen ataupun kapalnya tidak bisa mencapai kutub, ekspedisi yang telah dilakukannya memberikan informasi yang sangat berharga bagi dunia tentang Samudera Arktik dan membuat namanya terkenal di seluruh dunia. Ia telah membuktikan bahwa laut yang membeku berada di sekitar kutub dan memenuhi basin kutub.

Dengan informasi oseanografi dan meteorologi yang sangat lengkap ini, Nansen telah meletakkan dasar bagi kegiatan di Arktik pada masa selanjutnya. "Farthest North" merupakan laporan penjelajahannya yang brilian, hadir dalam terjemahan bahasa Inggris tahun 1897. Bahan-bahan ilmiah ekspedisinya dipublikasikan pada The Norwegian North Polar Expedition dan diedit langsung oleh Nansen sebanyak 6 volume tahun 1900 hingga tahun 1906. Di Universitas Royal Frederick, Christiania, Nansen menjabat sebagai profesor zoologi (1897) dan profesor oseanografi (1908). The Nansen Fund, yayasan untuk melakukan riset-riset ilmiah pun didirikan untuk menghormatinya.

Sementara itu, untuk karier bidang kenegaraan, dimulainya tahun 1905 ketika ia ikut berkontribusi dalam rangka pemisahan Norwegia dari Swedia secara damai. Berkat jasanya, Nansen diangkat menjadi menteri pertama Norwegia untuk Inggris Raya (1906-1908).

Pada tahun 1910 ia diangkat menjadi direktur pada komisi internasional untuk mempelajari laut dan membuat beberapa perjalanan ilmiah, terutama di Atlantik Utara (1910-1914).

Untuk kegiatan kemanusian, dimulai pasca-Perang Dunia Ke-1 ketika ia ditunjuk sebagai komisi tinggi untuk pengungsi pada Liga Bangsa-Bangsa (kini Perserikatan Bangsa-Bangsa). Hal ini mengantarkannya pada ajang kehormatan dengan diraihnya hadiah Nobel pada tahun 1922.

Fridtjof Nansen wafat pada tanggal 13 Mei 1930 dan dikebumikan empat hari kemudian, bertepatan dengan hari kemerdekaan Norwegia, 17 Mei. Liga Bangsa-Bangsa sendiri memberinya penghormatan dengan mendirikan Nansen International Office for Refugees pada tahun 1931 yang kemudian mengantarnya kembali untuk menerima hadiah Nobel dalam bidang perdamaian pada tahun 1938. *** [EKA | DARI BERBAGAI SUMBER | FEBY SYARIFAH | PIKIRAN RAKYAT 28022013]
Note: This blog can be accessed via your smart phone.Enhanced by Zemanta
Kindly Bookmark and Share it: